Erikson
Erikson menerima dan mengikuti teori Freud tentang struktur psikologis, kesadaran dan ketidaksadaran, dorongan ( drive ), tahap-tahap perkembangan psikoseksual, dan metodologi psikoanalisis. Namun, erikson menambahkan ke teori-teori Freud tersebut 8 tahap perkembangan psiko-sosial .
Tahap 1 : Trust Vs. Mistrust ( kepercayaan vs. ketidakpercayaan )Secara kronologis tahap ini adalah periode dari bayi lahir sampai usia 1 atau 2 tahun. Bayi yang mendapatkan perawatan dengan penuh kasih sayang dan cinta dari orang-orang disekitarnya akan mengembangkan rasa percaya dan rasa aman dan muncul harapan dasar dalam kehiupannya. Sementara itu, bayi yang kurang mendapatkan kasih sayang, kurang terpenuhi kebutuhannya, dan kurang dicintai akan mengembangkan perasaan tidak aman dan kurang dapat mempercayai lingkungannya .
Tahap 2 : Autonomy vs. Shame , Doubt ( otonomi vs. Rasa malu dan keragu-raguan )Menurut Erikson, tahap kedua ini terjadi selama masa kanak-kanak awal, sekitar usia 2 sampai 4 tahun. Anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang “baik” akan mangembangkan rasa yakin akan kemampuannya, mampu mengendalikan dirinya, dan bangga akan dirinya. Otonomi bagi usia ini bukan berarti bahwa mereka dapat mengambil inisiatif sendiri dan mampu melakukan semuanya sendiri, namun lebih kepada kemampuan menunjukkan keinginannya sendiri, menolak sesuatu yang tidak dikehendaki, dan mencoba sesuatu yang diinginkan .
Tahap 3 : Initiative vs. Guilt ( prakarsa vs. Rasa bersalah )Erikson meyakini bahwa tahap ini dilalui selama “usia bermain” atau tahun-tahun terakhir masa pra sekolah ( sekitar usia 3 sampai 5 tahun ) .Selama tahap ini anak-anak yang berkembang secara sehat akan belajar :
1. Berimajinasi : untuk memperluas keterampilannya termasuk dalam bermain
2. Bekerja sama dengan orang lain
3. Memimpin dan dipimpin .
Anak-anak yang kurang dapat berkembang secara sehat akan mengalami :
1. Ketakutan
2. Kurang dapat bergabung dalam kelompok
3. Lebih tergantung pada orang dewasa
4. Terhambat perkembangan imajinasi dan perilaku bermainnya
Tahap 4 : Industry vs. inferiority ( tekun vs. rasa rendah diri )
Tahap ini kira-kira dilalui ketika anak-anak melalui usia sekolah atau sekitar usia 5 atau 6 sampai usia 12 tahun . Pada tahap ini anak-anak mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti :
1. Berhubungan dengan teman sebaya berdasar pada aturan-aturan terterntu
2. Berkembang dari pola bermain yang bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerja sama kelompok dan
3. Menguasai materi pelajaran sosial, membaca dan matematika .
Tahap 5 : Identity and repudiation vs. identity diffusion ( identitas vs. kekaburan identitas )
Selama krisis psikososial tahap kelima, remaja ( sekitar usia 13 atau 14 sampai usia 20 tahun ), berusaha mencari jawaban atas pertanyaan tentang “siapakah AKU ?” dengan jawaban yang memuaskan dan membahagiakan. Namun, ada sebagian remaja yang mengalami kebingungan dalam mencari identitas dalam dirinya. Misalnya mereka yang di tolak oleh keluarga .
Erikson percaya bahwa ketika individu berhasil melalui masa remaja awal, kematangan diri tercapai . Pada kondisi ini, individu mencapai keyakinandirinya. Remaja mencoba mencari model ( seseorang yang dapat dijadikan contoh ) dan secara bertahap mengembangkan nilai-nilai ideal bagi kehidupannya .
Tahap 6 : Intimacy and Solidarity vs. isolation ( keintiman dan solidaritas vs. isolasi )
Pada tahap dewasa awal, individu mulai mengembangkan hubungan sosial yang mengarah kepada ikatan perkawinan atau hubungan persahabatan yang erat dan bertahan dalam waktu yang panjang.
Tahap 7 : Generativity vs. Self-absorption ( kebangkitan vs. kemandegan )
Pada tahap dewasa, individu di tuntut mampu menempatkan peran dirinya secara tepat, baik dalam kerangka perkawinan dan pengasuhan anak, maupun dalam dunia kerja agar lebih kreatif dan produktif, dan juga dalam peran di lingkungan sosial sebagai bagian dari lingkungan kemasyarakatan .
Tahap 8 : Integrity vs. Despair ( integritas vs. kekecewaaan )
Apabila tujuh tahap sebelumnya dapat dilalui dengan berhasil oleh individu maka individu akan mencapai penilaian tertinggi : integritas. Individu akan memiliki rasa percaya-pada dirinya dan orang lain- tidak tergantung pada orang lain, mengembangkan konsep diri yang positif, dapat menjalin hubungan yang kuat dan realistis tanpa rasa bersalah dan penyesalan, dan dia bangga atas apa yang dia kerjakan dan dia capai: keluarganya, pekerjaannya dan kegemarannya. Jika ada krisis pada tahap-tahap sebelumnya yang individu belum dapat menyelesaikan maka akan memunculkan rasa bersalah, penyesalan, dan rasa putus asa.
Sumber :
American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th ed). Washington, DC: America Psychiatric Association
Erikson, E. H. childhood and society. New York: Norton, 1950, 2nd ed. Revised and enlarged, 1963
Erikson, E. H. identify: youth and crisis. New York: Norton, 1974
Tidak ada komentar:
Posting Komentar