Sabtu, 05 Oktober 2013

sistem informasi psikologi

saya akan menjelaskan apa itu sistem informasi psikologi, sebelumnya kita bahas dulu satu persatu apa itu sistem, informasi, dan psikologi. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari kompoen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Ada beberapa tokoh yang mendefinisikan pengertian dari sistem tersebut. Menurut Ludwig Von Bartalanfy, sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terkait dalam suatu antar relasi diantara unsur – unsur tersebut dengan lingkungan. Ada juga Anatol Raporot yang mendefinisikan arti dari sistem itu. Menurut beliau, sistem merupakan suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.L.Ackof, menyebutkan bahwa sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian – bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lain. Suatu sistem memiliki karakteristik atau sifat – sifat yang tertentu, yaitu 1. Komponen Terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, dan komponen dapat terdiri dari beberapa subsistem atau sub bagian, dimana setiap subsistem tersebut memiliki fungsi khusus. 2. Batas sistem Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut 3. Lingkungan luar sistem Apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Lingkungan yang menguntungkan harus tetap dijaga dan dipelihara, sebaliknya lingkungan yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak ingin terganggu kelangsungan hidup sistem 4. Penghubung Merupakan media penghubung antar subsistem yang memungkinkan sumber – sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Keluaran atau output dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui penghubung. 5. Masukan Energi yang dimasukkan ke dalam sistem, yang dapat berupa masukan perawatan dan masukan sinyal. Masukan perawatan adalah energi yang dimasukkan supaya sistem dapat beroperasi, sedangkan masukan sinyal adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. 6. Keluaran sistem Hasil dari energi yang diolah dan diklarifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat berupa masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supra sistem. Misalnya, untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran yang tidak berguna dan merupakan sisa hasil pembuangan, sedangkan informasi adalah keluaran yang dibutuhkan. 7.Pengolahan sistem Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukkan enjadi keluarn. Suatu sistem produksi akan mengolah masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran 8. Sasaran sistem Suatu sistem dapat mempunyai tujuan atau sasaran. Jika suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Pada prinsipnya, setiap sistem selalu memiliki 4 a. Objek : dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. b. Atribut : menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya c. Hubungan internal : berada diantara objek – objeknya d. Lingkungan : tempat dimana sistem berada. Secara garis besar, sistem dapat dibagi menjadi dua : 1. Sistem fisik Sistem fisik merupakan kumpulan elemen – elemen atau unsur – unsur yang saling berinteraksi satu sama lain secara fisik serta dapat diidentifikasikan secara nyata tujuan-tujuannya. Contohnya adalah sismtem komputer, elemen dari sistem komputer berupa peralatan yang berfungsi bersama – sama untuk menjalankan pengolahan data 2. Sistem abstrak Sistem yang dibentuk akibat terselenggaranya ketergantungan ide, dan tidak dapat diidentifikasi secara nyata, tetapi dapat diuraikan elemen – elemennya. Contohnya, hubungan antara manusia dengan Tuhan. Pengertian Informasi Menurut Gelinas & Dull 2008 informasi adalah data yang sudah mengalami pemprosesan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh penggunanya dalam membuat keputusan. (2) Menurut Gordon B. Davis Informasi adalah data yang telah diproses/diolah ke dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau nantinya. . (3) Menurut Kusrini informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi. Menurut Krismiaji “Informasi adalah data yang telah diorganisasi, dan telah memiliki kegunakan dan manfaat”. Dari berbagai pengertian informasi diatas dari beberapa tokoh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah suatu berita atau data yang sudah di olah/diproses menjadi bentuk yang berguna bagi seseorang yang menerimanya serta merupakan pendukung untuk membuat keputusan. Menurut Widjono (2007) psikologi berasal dari kata psyche berarti jiwa, dan logosberarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa. Menurut Carole Wade & Carol Tavris (2007) psikologi dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal. Menurut Arief Budiman (2006) psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, khususnya dari segi kejiwaannya. Menurut Nasarudin Latif (1996) Psikologi ialah ilmu yang membahas keadaan jiwa dan gerak kegiatan (aktivitas) serta karya jiwa manusia. Menurut Dali Gulö (1982) dalam kamus psikologinya, psikologi yaitu ilmu yang mempelajari proses-proses mental dan perilaku makhluk hidup, ataupun proses-proses mental dan perilaku itu sendiri. Menurut Sri Patma Sukartini & M. Imam Faisal Baihaqi (2007) psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Heru Basuki (2008) psikologi adalah ilmu pengetahuan (ilmiah) yang mempelajari perilaku, sebagai manifestasi dari kesadaran proses mental, aktivitas motorik, kognitif, dan juga emosional. Hasil uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan proses-proses mentalnya. Menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa sistem informasi psikologi adalah sebuah sistem yang terdapat atau berisikan informasi-informasi yang berkaitan dengan psikologi yang dapat bermanfaat bagi penggunanya. Contohnya yaitu pada tes psikologi yang saat ini dapat menggunakan komputer dan tidah selalu manual. sumber: Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Depok : Universitas Gunadarma. Budiman, A. (2006). Kebebasan, Negara Pembangunan. Jakarta: Alvabet. (Google Book) Febriani.staff.gunadarma.ac.id/…/Pengertian+Sistem Latif, N. (1996). Biografi dan Pemikiran. Jakarta: Gema Insani Press. (Google Book) Gaol, C.J.L (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo. (Google Book) Gulö, D. (1982). Kamus Psychologi. Universitas Michigan: Tonis. Pengantar Sistem Informasi.pdf Sukartini, S.P. & Baihaqi, M.I.F. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan : Teori Psikologi Pendidikan. Jakarta: IMTIMA. (Google Book) Widjono. (2007). Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. (Google Book)

Sabtu, 16 Maret 2013

tugas psikoterapi



1)      Jelaskan pengertian psikoterapi?
Psikoterpi adalah suatu interksi sistemtis antara pasien dan terpis yang menggunakan prinsip-prinsip  psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran, dan perasaan pasien supaya membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
1.      Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull 2001), mengungkapkan bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan skimtom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif.
2.    Corsini (1989) mengungkapkan psikoterapi sebagai suatu proses formal dan interaksi     antara dua pihak yang memiliki tujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress).
3.   psikoterapi adalah pengaplikasihan berbagai metode klinis dan sikap interpersonal yang informed (didasari oleh informasi yang cukup ) dan dilakukan secara sengaja, berdasarkan prinsip – prinsip psikologi yang sudah mapan, dengan maksud membantu orang lain untuk memodifikasi prilaku kognisi, emosi, dan karakteristik pribadi lainya ke arah yang diinginkan oleh partisipannya.
4.  Korchin (1976) menyatakan bahwa psikoterapi individual merupakan bentuk psikoterapi yang paling mendasar, tetapi dapat pula di dalamnya terdapat lebih dari satu klien. Bentuk individual ini menghubungkan proses psikoterapi dengan partisipan/ orang lain selain partisipan yang dibawa dalam sesi trerapi ketika hal ini diperlukan. Inilah yang disebut “conjoint family therapy”.
5.  Korchin (1976) menjelaskan asumsi yang mendasari semua jenis psikoterapi adalah bahwa perilaku manusia dapat dirubah. Kepribadian individu dan kemampuan untuk mengatasi masalah (coping) baik adaptif maupun tidak adaptif, mewakili sisa-sisa  hasil belajar sepanjang kehidupan.    2) Jelaskan tujuan psikoterapi?
Tujuan ditetapkan aktifitas psikoterapi adalah untuk melakukan perubahan positif terhadap klien atas gangguan yang dialaminya. Biasanya, proses psikoterapi berhubungan dengan metode dan tehnik yang digunakan oleh teapisnya dengan berdasar pada teori kepribadian yang melandasi pemberian psikoterapi.
Berikut tujuan psikoterapi dari berbagai pendekatan menurut Ivey (1987) dan Corey (1989).
o    Tujuan psikoterapi psikodinamika menurut Ivey adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadian dilakukan terhadap kejadian yang sudah lewat. Kemudian menyusun sintesis yang baru dari konflik yang telah lalu.
Sedangkan menurut Corey, tujuan psikoterapi  psikodinamika adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
o    Ivey menggambarkan tujuan psikoterapi Rogerian adalah untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang agar menemukan sendiri arah wajarnya, menemukan dirinya yang nyata, mengeksploitasi emosi yang mejemuk, dan sebagainya.
Sedangkan Corey menggambarkan psikoterapi Rogerian sebagai pemberian suasana aman dan bebas agar klien mengeksplorasi diri dengan baik, mengembangkan diri ke arah keterbukaan, memperkuat percaya diri, dan sebagainya.
o    Ivey merumuskan tujuan eksistential humanistic sebagai proses untuk menemukan arti dan melakukan tindakan, menyadarkan hal azasi terhadap manusia, mengewmbangkan aspek-aspek diri untuk mencapai kematangan.
Corey menyatakan tujuan eksistential humanistic sebagai upaya membantu seseorang mengetahui ia punya kebebasan, membantu klien mengenali bahwa ia bertanggung jawab, dan untuk mengidentifikasi faktor yang menghambat kebebasannya.
o    Ivey menyatakan tujuan psikoterapi behavioristik sebagai upaya menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku sesuai pola perilaku yang benar.
Corey, dengan psikoterapi behavioristik  bertujuan untuk menghilangkan perilaku yang tdak sesuai dan belajar perilaku yang efektif.
o    Ivey menjelaskan tujuan psikoterapi kognitif behavioristik yaitu untuk menghilangkan pikiran menyalahkan diri, mengembangkan berpikir lebih rasional, dan toleran terhadap diri dan orang lain, dan sebagainya.
Dan Corey merumuskan tujuan psikoterapi kognitif behavioristik dan rasional emotif yaitu untuk menghilangkan cara pandang klien untuk mennyalahkan diri, membantu memperoleh pandangan hidup yang lebih rasional dan toleran,  membantu klien untuk memberi metode dalam penyelesaian masalah.
o    Menurut Ivey dalam pendekatan gestalt memiliki tujuan agar seseorang lebih menyadari kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah hidup seseorang.
Tujuan pendekatan gestalt menurut Corey, untuk membantu klien memperoleh pemahaman dalam bertanggung jawab.
·         Pendekatan terapi realitas menurut Ivey, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa campur  tangan orang lain agar mampu menentukan keputusan yang bertanggung jawab. Corey merumuskan tujuan terapi realitas yaitu untuk memenuhi kebutuhan dalam menilai apa yang sedang dilakukan. 
    3)   Jelaskan perbedaan antara psikoterapi dan konseling?
Beberapa pemahaman seringkali menjadi permasalahan, apakah yang dilakukan penolong terhadap kliennya dalam proses psikoterapi atau konseling. Ada beberapa di antara kedua metode ini memiliki perbedaan, di sisi lain ada juga kesamaan. Menurut Mappiare (2004) ada sejumlah perbedaan psikoterapi dan konseling dikemukakan sebagai berikut:
1. Konseling merupakan bagian dari psikoterapi. Psikoterapi merupakan bagian yang lebih luas dari pada konseling.
2. Konseling lebih mengarah pada penyebab atau awal masalah. Selanjutnya konseling lebih mengarah pada pengembangan-pendidikan-pencegahan. Berbeda dengan psikoterapi yang mengarah penyembuhan-penyesuaian-penyembuhan.
3. Dasar konseling adalah filsafat manusia. Dasar dari psikoterapi adalah perbedaan individual dengan dasar-dasar psikologi kepribadian dan psikopatologi. Pada perkembangan selanjutnya konseling juga memanfaatkan perkembangan teori-teori kepribadian dalam konteks ilmu perilaku.
4. Dijelaskan oleh Narayana Rao (dalam Mappiare, 2004) bahwa tujuan antara konseling dan psikoterapi sama, namun keduanya berbeda dalam proses pencapaiannya. Psikoterapi mencapainya dengan cara ‘pembedahan’ psikis dan pembedahan otak. Proses konseling lebih mengarah pada identifikasi dan kekuatan-kekuatan positif yang dimiliki klien, agar klien lebih maksimal dalam kehidupannya.
4) jelaskan pendekatan psikoterapi terhadap illness?
Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuele pasca-traumatic, kededihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respons emosional penuh stress yang dilimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Tujuan utama dalam pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan kognitif adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.


5) jelaskan dan sebutkan bentuk utama terapi?
A. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas:
1 Psikoterapi Suportif:
Tujuan:
- Mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang ada
- Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik.
- Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.
2  Psikoterapi Reedukatif:
Tujuan:
Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
3. Psikoterapi Rekonstruktif:
Tujuan :
Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.

B. Menurut “dalamnya”, psikoterapi terdiri atas: 
1. ”superfisial”, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada “permukaan”, yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yangdirepresi.
2. “mendalam” (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi.

C. Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning, modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll.

D. Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi); psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan kognitif automatis yang “keliru”; dan psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran). Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.

E. Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok (terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok)
Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll. Terapi keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi. Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda, atau dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan mereka dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi.

F. Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya, psikoterapi dibagi menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis transaksional Eric Berne, terapi rasional-emotif Albert Ellis, konseling non-direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls, logoterapi Viktor Frankl, dll.

G. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi.

H. Yang belum disebutkan dalam pembagian di atas namun akhir-akhir ini banyak dipakai antara lain: konseling, terapi interpersonal, intervensi krisis.


Daftar pustaka
Sunderberg, Norman D. Winnebarger, Allen A. Taplin, Julian R. 2007.  Psikologi Klinis. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Ardani, Tristiadi Ardi. Rahayu, Iin Tri. Sholichatun, Yulia. 2007.  Psikologi Klinis. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Hartosujono, Diktat Psikoterapi,Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Gunarsa, D. 1992. Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Corey, G. Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT. Eresco
 Gunarsa, Singgih. D. (2004). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Mappiare, Andi. (1992). Pengantar konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sholikhah, Hadiyatu. (2009). Terapi stress melalui psikoterapi islam menurut pemikiran dadang hawari. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Jumat, 15 Juni 2012

review film motivasi


Dari semua film yang saya saksikan tadi saya merasa terharu dan tersentuh sekali,karena begitu besar perjuangan orang tua untuk menghidupi dan membahagiankan anaknya. Banyak juga orang di luar sana yang kurang sempurna kondisi fisiknya tapi masih bisa berkarya dan mendapatkan prestasi yang saya merasa itu susah untuk di raih. Sampai saat ini pun saya merasa belum bisa menghasilkan prestasi apa pun untuk membanggakan ke dua orang tua saya tapi saya akan berusaha untuk jadi yang terbaik meski pun hanya untuk ke dua orang tua saya.
Manfaat yang saya dapat setelah menyaksikan  film tadi saya mendapatkan inspirasi dan semangat baru untuk menjalani hidup ke depan dan saya tidak ingin di anggap remeh oleh orang lain dan saya akan terus berjuang sampai saya bisa memberikan yang terbaik untuk diri saya pribadi atau untuk orang banyak. Saya akan mencoba terus hal-hal baru untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dan menggali pengalaman supaya bisa membanggakan orang tua.
Harapan saya ke depan semoga saya bisa berbagi dan bermanfaat bagi orang banyak. Saya juga ingin menjadikan film tadi motivasi untuk hidup saya tidak hanya hari ini tapi untuk seterusnya sampai akhir waktu saya.

Jumat, 20 April 2012

teori kepribadian sehat menurut humanistik dan Allport

Menurut Humanistik:

Aliran ini berkembang pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behaviori maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan perhatiannya pada humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif,yang di kendalikan oleh nilai-nilai dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.

Kepribadian sehat ditinjau dari aliran :
Psikoanalisa
Psikoanalisis disebut sebagai depth psychology yang mencoba mencari sebab-sebab perilaku manusia pada alam tidak sadarnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa kea lam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
a.        Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.
b.        Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya.
c.         Ego, adalah pengawas realitas.
Sebagai contoh adalah berikut ini: Anda adalah seorang bendahara yang diserahi mengelola uang sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai saja uang itu sebagian, toh tak ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata:”Cek dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan lakukan itu!”.Pada masa kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya). Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin menabung misalnya). Walau begitu kadang kala pada orang dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan misalnya ketika kita dimarahin oleh atasan, kita memukul tembok untuk memuaskan rasa amarah kita.
Behavioristik
Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang.
Prinsip dasar behaviorisme:
1) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2)  Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3)  Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4)  Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5) Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistic dalam perkembangan ilmu psikologi.
Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan  besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis dan behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme. Tekanan utama yang oleh behavioris dikenakan pada stimuli dan tingkah laku yang teramati, dipandang Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula potensinya untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi humanistik sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan tingkah lakunya yang dapat diamati. Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior.
Kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan. Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain.

Pendapat Allport tentang kesehatan mental
Allport percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar (kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi). Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tidak sadar . individu yang sehat berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan yang membimbing dia dan dapat mengontrol kekuatan itu juga.
Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma ataupun konflik pada masa kanak-kanak. Pusat dari kepribadian kita adalah intensi-intensi kita yang sadar dan sengaja, misalnya harapan, aspirasi dan impian. Manusia didorong untuk mereduksikan tegangan-tegangan, menjaga supaya tegangan-tegangan berada pada tingkat yang paling rendah dan menjaga satu keadaan keseimbangan homeostatis internal atau “homeostatis”.
Manusia yang sehat memiliki kebutuhan akan sensasi-sensasi dan tantangan tantangan yang bervariasi. Orang yang sehat didorong ke depan oleh suatu visi masa depan, dan visi itu menyatukan kepribadiannya dan membawa orang itu ke tingkat stress yang lebih tinggi.
Menurut Allport, kebahagiaan bukanlah suatu tujuan dalam diri, tetapi hasil sampingan dari integrasi kepribadian dalam mengejar aspirasi dan tujuan. Tujuan-tujuan yang dicita-ditakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai. Orang-orang yang matang dan sehat tidak puas apabila dalam melakukan sesuatu hanya dalam taraf sedang atau memadai, mereka baru merasa puas apabila melakukan sesuatu dengan kemampuan maksimal mereka.

                                Sumber :
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma. 
Semiun, Yustinus. (2006) Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Fromm. Yogyakarta: Kanisius.
Hall S. Calvin, dan Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius.
Schultz Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Schultz Duane. 1991. Pengantar Psikologi Kepribadian Non Psikoanalitik. Yogyakarta : Kanisius.