Sabtu, 24 Maret 2012

kepribadian menurut erikson

Erikson
 Erikson menerima dan mengikuti teori Freud tentang struktur psikologis, kesadaran dan ketidaksadaran, dorongan ( drive ), tahap-tahap perkembangan psikoseksual, dan metodologi psikoanalisis. Namun, erikson menambahkan ke teori-teori Freud tersebut 8 tahap perkembangan psiko-sosial .
 Tahap 1 : Trust Vs. Mistrust ( kepercayaan vs. ketidakpercayaan )Secara kronologis tahap ini adalah periode dari bayi lahir sampai usia 1 atau 2 tahun. Bayi yang mendapatkan perawatan dengan penuh kasih sayang dan cinta dari orang-orang disekitarnya akan mengembangkan rasa percaya dan rasa aman dan muncul harapan dasar dalam kehiupannya. Sementara itu, bayi yang kurang mendapatkan kasih sayang, kurang terpenuhi kebutuhannya, dan kurang dicintai akan mengembangkan perasaan tidak aman dan kurang dapat mempercayai lingkungannya .
Tahap 2 : Autonomy vs. Shame , Doubt ( otonomi vs. Rasa malu dan keragu-raguan )Menurut Erikson, tahap kedua ini terjadi selama masa kanak-kanak awal, sekitar usia 2 sampai 4 tahun. Anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang “baik” akan mangembangkan rasa yakin akan kemampuannya, mampu mengendalikan dirinya, dan bangga akan dirinya. Otonomi bagi usia ini bukan berarti bahwa mereka dapat mengambil inisiatif sendiri dan mampu melakukan semuanya sendiri, namun lebih kepada kemampuan menunjukkan keinginannya sendiri, menolak sesuatu yang tidak dikehendaki, dan mencoba sesuatu yang diinginkan .
 Tahap 3 : Initiative vs. Guilt ( prakarsa vs. Rasa bersalah )Erikson meyakini bahwa tahap ini dilalui selama “usia bermain” atau tahun-tahun terakhir masa pra sekolah ( sekitar usia 3 sampai 5 tahun ) .Selama tahap ini anak-anak yang berkembang secara sehat akan belajar :
1.      Berimajinasi : untuk memperluas keterampilannya termasuk dalam bermain
2.      Bekerja sama dengan orang lain
3.      Memimpin dan dipimpin .
 Anak-anak yang kurang dapat berkembang secara sehat akan mengalami :
1.      Ketakutan
2.      Kurang dapat bergabung dalam kelompok
3.      Lebih tergantung pada orang dewasa
4.      Terhambat perkembangan imajinasi dan perilaku bermainnya
 Tahap 4 : Industry vs. inferiority ( tekun vs. rasa rendah diri )
Tahap ini kira-kira dilalui ketika anak-anak melalui usia sekolah atau sekitar usia 5 atau 6 sampai usia 12 tahun . Pada tahap ini anak-anak mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti :
1.      Berhubungan dengan teman sebaya berdasar pada aturan-aturan terterntu
2.      Berkembang dari pola bermain yang bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerja sama kelompok dan
3.      Menguasai materi pelajaran sosial, membaca dan matematika .
 Tahap 5 : Identity and repudiation vs. identity diffusion ( identitas vs. kekaburan identitas )
Selama krisis psikososial tahap kelima, remaja ( sekitar usia 13 atau 14 sampai usia 20 tahun ), berusaha mencari jawaban atas pertanyaan tentang “siapakah AKU ?” dengan jawaban yang memuaskan dan membahagiakan. Namun, ada sebagian remaja yang mengalami kebingungan dalam mencari identitas dalam dirinya. Misalnya mereka yang di tolak oleh keluarga .
Erikson percaya bahwa ketika individu berhasil melalui masa remaja awal, kematangan diri tercapai . Pada kondisi ini, individu mencapai keyakinandirinya. Remaja mencoba mencari model ( seseorang yang dapat dijadikan contoh ) dan secara bertahap mengembangkan nilai-nilai ideal bagi kehidupannya .
 Tahap 6 : Intimacy and Solidarity vs. isolation  ( keintiman dan solidaritas vs. isolasi )
Pada tahap dewasa awal, individu mulai mengembangkan hubungan sosial  yang mengarah kepada ikatan perkawinan atau hubungan persahabatan yang erat dan bertahan dalam waktu yang panjang.
 Tahap 7 : Generativity vs. Self-absorption ( kebangkitan vs. kemandegan )
Pada tahap dewasa, individu di tuntut mampu menempatkan peran dirinya secara tepat, baik dalam kerangka perkawinan dan pengasuhan anak, maupun dalam dunia kerja agar lebih kreatif dan produktif, dan juga dalam peran di lingkungan sosial sebagai bagian dari lingkungan kemasyarakatan .
 Tahap 8 : Integrity vs. Despair ( integritas vs. kekecewaaan )
Apabila tujuh tahap sebelumnya dapat dilalui dengan berhasil oleh individu maka individu akan mencapai penilaian tertinggi : integritas. Individu akan memiliki rasa percaya-pada dirinya dan orang lain- tidak tergantung pada orang lain, mengembangkan konsep diri yang positif, dapat menjalin hubungan yang kuat dan realistis tanpa rasa bersalah dan penyesalan, dan dia bangga atas apa yang dia kerjakan dan dia capai: keluarganya, pekerjaannya dan kegemarannya. Jika ada krisis pada tahap-tahap sebelumnya yang individu belum dapat menyelesaikan maka akan memunculkan rasa bersalah, penyesalan, dan rasa putus asa.


Sumber :  
American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th ed).  Washington, DC: America Psychiatric Association
Erikson, E. H. childhood and society. New York: Norton, 1950, 2nd ed. Revised and enlarged, 1963
Erikson, E. H. identify: youth and crisis. New York: Norton, 1974

kepribadian menurut freud

Kepribadian Seseorang Dapat Berkembang Menurut Freud

Freud
Mengenai perkembangan manusia, Freud mempunyai dua pendapat pokok. Pertama, beberapa tahun pertama dalam kehidupan manusia ( 0-5 tahun ) merupakan masa yang paling penting dalam pembentukan kepribadian individu. Kedua, perkembangan manusia melibatkan tahap perkembangan psiko-seksual .
 1. Tahap Oral ( Lahir sampai sekitar usia 1 tahun )Tahap ini dimulai ketika bayi lahir. Pada tahap ini, kepuasan oral menjadi pusat dari kehidupan individu. 
 2. Tahap Anal ( 1 – 3 tahun )Pada tahap anal, anak-anak memasuki masa toilet training ( masa yang tepat untuk melatih buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya ).Pada tahap ini, anak-anak menghadapi konflik antara tuntutan orang tua dengan keinginan anak dan kemampuan fisiknya : orang tua menuntut anak untuk belajar mengendalikan keinginan buang air ( kecil dan besar ) dan melakukannya pada tempatnya ( toilet ) , sementara anak ingin mengeluarkan begitu terasa ingin dan mungkin, kemampuannya untuk menahan juga belum sempurna .
 3. Tahapa Phalik ( 3 – 5 tahun )Pada tahap ini, daerah erogen ( daerah yang sensitif  terhadap rangsangan ) adalah wilayah kemaluan. Anak-anak mulai tertarik mengamati alat kelaminnya dan alat kelamin orang lain. Biasanya pada tahap ini anak-anak suka memegang-megang alat kelaminnya dan seolah-olah mendapatkan kepuasan dari perilaku tersebut .
 4. Tahap Laten ( 5 tahun sampai awal masa puber )Pada tahap ini, dorongan seksual tidak menonjol dan cenderung ditekan. Anak-anak akan memunculkan energi libido dalam bentuk-bentuk yang lebih diterima secara sosial. 
 5. Tahap Genital ( Masa Remaja )Pada tahap ini fokus energi kembali ke area alat kelamin dan individu mulai tertarik untuk menjalin hubungan dengan teman yang berbeda jenis kelaminnya .
Freud, S. The standard edition of the complete psychological works. J. Strachey (Ed). London: Hogarth Press,1953 - 1974.
American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th ed).  Washington, DC: America Psychiatric Association

Jumat, 23 Maret 2012

konsep sehat

- DEFINISI SEHAT (WHO) 1947 

sehat : Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemhan.
Mengandung 3 karakteristik :
1.Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2.Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3.Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisitetapai merupakan penyesesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan ptoses.
Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapai terhadap lingkungan sosialnya. 


- DEFINISI SEHAT PENDER (1982)
Sehat : Perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankanstabilitas dan integritas struktural.
- DEFINISI SEHAT PAUNE (1983)
Sehat : Fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakanuntuk perawatan diri ( self care Aktions) secara adekual.
Self care Resoureces : Mencangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Self care Aktions : Perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahan kan dan menigkatkan fungsi psicososial dan spiritual.
 

Faktor-fktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat.
Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.
1.Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat / kesehatan seseorang.
2.kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.
3.Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yang lain.
RENTANG SEHAT SAKIT MENURUT MODEL
HOLISTIK HEALTH



Yusuf, Syamsu. ”Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam kajian Psikologi dan agama”. Pustaka Bani Quraisy bandung. Bandung. 2004
Semiun, Yustinus . 2006 . Kesehatan Mental . Yogyakarta : Kanisius
Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama




sejarah kesehatan mental

  Dilihat dari namanya yaitu kesehatan mental kita sudah bisa menduga bahwa ini berhubungan dengan kebahagiaan atau kesejahteraan jiwa kita. Sebelum kita mempelajari sejarah dari kesehatan mental ini, mari kita kenal dulu apa yang disebut dengan kesehatan mental itu.

Kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat (Kartini Kartono dan Jenny Andary . Yusak ,1999: 9-10).
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya NationalAssociation for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation for Mental Health dan The World Health Organization.

Dalam perkembangan selajutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat ditembok dan ditempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebih, adan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar ruimah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.



Yusuf, Syamsu. ”Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam kajian Psikologi dan agama”. Pustaka Bani Quraisy bandung. Bandung. 2004