Untuk menelaah sifat masyarakat kali ini, maka saya akan membahas mengenai masyarakat Tionghoa yang banyak terdapat di daerah Singkawang. Awal mulanya sebelum menggunakan istilah Tionghoa pertengahan abad ke-19 masyarakat lebih popular menggunakan kata “Cina”. Kemudian istilah Tionghoa muncul dalam periode antara kedua perang dunia. Tionghoa awalnya merupakan istilah yang dibuat oleh penduduk Indonesia yang berasal dari Tiongkok. Istilah Tionghoa dan Tiongkok itu sendiri lahir dari lafal Melayu. Tionghoa merupakan dialek Xiamen atau biasa disebut dialek Amoi.
Awalnya kedatangan orang Tionghoa pertama kali di Nusantara sebenarnya tidak jelas. Yang kemudian pada abad ke-7 hubungan Tiongkok dengan Kalimantan Barat mulai sering terjadi (tetapi belum menetap). Pada saat adanya kongsi politik baru imigran dari Cina masuk ke Kerajaan Sambas dan mempawah. Pasukan Khubilai Khan pun di bawah pimpinan Ike Meso, Shih Pi dan Khau Sing dalam perjalanannya untuk menghukum Kertanegara akhirnya singgah di kepulauan Karimata yang terletak berhadapan dengan Kerajaan Tanjungpura. Karena kekalahan pasukan ini dari angkatan perang Jawa dan takut mendapat hukuman dari Khubilai Khan, kemungkinan besar beberapa dari mereka melarikan diri dan menetap di Kalimantan Barat. Kembali lagi tahun 1921-1929 terjadi imigran besar-besaran orang Cina ke daerah Semenanjung Malaya, Serawak dan Kalimantan Barat karena terjadi perang saudara.
Daerah asal yang terkonsentrasi di pesisir tenggara Tiongkok memang telah menjadi bandar perdagangan yang ramai. Quanzhou tercatat sebagai bandar pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia pada zaman tersebut. Sehingga ramainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara ini kemudian menyebabkan banyak sekali orang-orang Tionghoa juga merasa perlu keluar berlayar untuk berdagang. Tujuan utama pada saat itu adalah Asia Tenggara, oleh karena itu pelayaran sangat tergantung pada angin musim. Maka pada setiap tahunnya, para pedagang Tionghoa akan bermukim di wilayah-wilayah Asia Tenggara yang disinggahi mereka.
Sehingga dengan demikian seterusnya adanya pedagang yang memutuskan untuk menetap dan menikahi wanita setempat, ada pula pedagang yang pulang ke Tiongkok untuk terus berdagang.
Sebagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di pulau Jawa. Daerah-daerah lain di mana mereka juga menetap dalam jumlah besar selain di daerah perkotaan : Sumatra Utara, Bangka-Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.
http://ace-informasibudaya.blogspot.com/2010/05/sekilas-kedatangan-orang-tionghoa-di.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar